KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah
memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah
ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada
nabi Muhammad saw. yang menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan
keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan
mengetahui ilmu tentang Bani Umayyah. Dalam penyelesaian makalah ini,
penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu
pengtahuan. Namun, berkat kerjasama yang solid dan kesungguhan dalam
menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang
masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa
yang akan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat
dan maslahat bagi semua orang.
Wasalamu'alaikum Wr.Wb
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Hampir semua sejarawan membagi
Dinasti Bani Umayah menjadi dua, yaitu pertama, Dinasti Bani Umayah yang
dirintis dan didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus
(Siria). Fase ini berlangsung sekitar satu abad dan mengubah sistem
pemerintahan dari sistem khilafah pada sistem mamlakat (kerajaan
atau monarki) dan kedua, Dinasti Bani Umayah di Andalusia (Siberia) yang
pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayah di bawah pimpinan seorang
gubernur pada zaman Walid bin Abdul Al-Malik, kemudian diubah menjadi kerajaan
terpisah dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas setelah berhasil menaklukkan Dinasti
Bani Umayah di Damaskus.
Di dalam makalah ini akan
membahas lebih rinci mengenai Dinasti Bani Umayah mulai dari latar belakang
berdirinya Dinasti Bani Umayah, perkembangan dan kemajuan, sistem pemerintahan,
hingga faktor-faktor kemunduran Dinasti Bani Umayah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani
Umayah
Nama Dinasti Bani Umayah
diambil dari Umayah bin Abd Al-Syam, kakek Abu Sufyan. Umayah segenerasi dengan
Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad Saw dan Ali bin Abi Thalib. Dengan
demikian, Ali bin Abi Thalib segenerasi pula dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Ali bin Abi Thalib berasal dari keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu’awiyah
berasal dari keturunan Bani Umayah. Kedua keturunan ini merupakan orang-orang
yang berpengaruh dalam suku Quraisy.
Setting cikal bakal dinasti ini bermula ketika
Ali bin Abi Thalib dibaiat sebagai khalifah menggantikan kedudukan khalifah
Usman bin Affan, salah satu kebijakan awal dan Ali adalah pengambil alihan
tanah-tanah dan kekayaan negara yang telah dibagi-bagikan oleh Usman kepada
keluarganya dan memecat gubemur-gubemur dan pejabat pemerintahan yang diangkat
Usman untuk meletakkan jabatannya, namun Muawiyyah Gubernur Syiria menolak pemecatan
itu sekaligus tidak mau membaiat Ali sebagai khalifah dan bahkan membentuk
kelompok yang kuat dan menolak untuk memenuhi perintah-perintah Ali. Dia
berusaha membalas kematian khalifah Usman, atau kalau tidak dia akan menyerang
kedudukan khalifah bersama-sama dengan tentara Syiria. Desakan Muawiyyah
akhirnya tertumpah dalam perang Shiffin.
Dalam pertempuran itu
hampir-hampir pasukan Muawiyyah dikalahkan pasukan Ali, tapi berkat siasat
penasehat Muawiyyah yaitu Amr bin 'Ash, agar pasukannya mengangkat
mushaf-mushaf Al Qur'an di ujung lembing mereka, pertanda seruan untuk damai
dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali dengan strategi
politik yang sangat menguntungkan Mu’awiyah.
Bukan saja perang itu berakhir
dengan Tahkim Shiffin yang tidak menguntungkan Ali, tapi akibat itu pula
kubu Ali sendiri menjadi terpecah dua yaitu yang tetap setia kepada Ali disebut
Syiah dan yang keluar disebut Khawarij. Sejak peristiwa itu, Ali tidak lagi
menggerakkan pasukannya untuk menundukkan Muawiyyah tapi menggempur habis
orang-orang Khawarij, yang terakhir terjadi peristiwa Nahrawan pada 09 Shafar
38 H, dimana dari 1800 orang Khawarij hanya 8 orang yang selamat jiwanya
sehingga dari delapan orang itu menyebar ke Amman, Kannan, Yaman, Sajisman dan
ke Jazirah Arab.
Jatuhnya Ali dan naiknya
Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak khawarij (kelompok yang
membangkang/ keluar dari kelompok Ali) membunuh khalifah Ali, meskipun kemudian
tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan
kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai
beberapa bulan. Pada akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah,
namun dengan perjanjian bahwa pemmilihan kepemimpinan sesudahnya adalah
diserahkan kepada umat Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M / 41
H dan dikenal dengan am jama’ah karena perjanjian ini mempersatukan
ummat Islam menjadi satu kepemimpinan politik.
Setelah terjadi kesepakatan
antara Hasan bin Ali dengan Mu’awiyah
bin Abi Sufyan pada tahun 41 H/ 661 M, maka secara resmi Mu’awiyah diangkat
menjadi khalifah oleh umat Islam secara umum. Pusat pemerintahan Islam
dipindahkan Mu’awiyah dari Madinah ke Damaskus. Pemerintahan Mu’awiyah berubah
bentuk dari theo-demokrasi menjadi monarchi (kerajaan/dinasti)
yang berbasiskan Islam, ini terjadi sejak dia mengangkat anaknya Yazid sebagai
putra mahkota. Sejak itulah sistem pemerintahan mamakai sistem monarchi hingga
pada khalifah terakhir Marwan bin Muhammad, yang tewas dalam pertempuran
melawan pasukan Abul Abbas As-Safah dari Bani Abbas pada tahun 750 M. Dengan
tewasnya Marwan bin Muhammad berakhir Dinasti Bani Umayah dan digantikan oleh
Dinasti Bani Abbas.
Pola pemerintahan menjadi
kerajaan ini terjadi karena pada masa itu umat Islam telah bersentuhan dengan
peradaban Persia dan Bizantium. Oleh karena itu, Mu’awiyah juga bermaksud
meniru cara suksesnya kepemimpinan yang ada di Persia dan Bizantium yaitu
Kerajaan tetapi gelar pemimpin tetap menggunakan Khalifah dengan makna
konotatif yang diperbaharui.
B. Perkembangan Dinasti Bani Umayah
Meskipun ummat Islam telah
bersatu dalam satu kepemimpinan, kekhalifahan Muawiyah yang diperoleh melalui
kekerasan, diplomasi dan tipu daya, dan tidak dengan pemilihan atau suara
terbanyak telah melahirkan golongan-golongan oposisi yang pada akhirnya nanti
akan menjadi sebab kehancuran Dinasti tersebut.
Adik laki-laki al-Hasan,
Husein yang pada masa pemerintahan Muawiyah hidup tenang di Madinah tidak mau
mengakui pengganti Muawiyah yaitu Yazid. Ia pergi ke Kuffah untuk memenuhi
seruan penduduk Irak yang akan menobatkannya sebagai khalifah pada tahun 680 M.
Namun pada 10 Muharram 61 H (10 oktober 680) seorang jenderal terkenal dengan
nama Sa’ad bin Abi Waqqas membawa 4000 pasukan mengepung al-Husein yang hanya
didampingi 200 orang. Al-Hasan pun tidak selamat dalam
pembantaian tersebut.
Adapun Khalifah-khalifah Bani
Umayah adalah sebagai berikut:
1.
Muawiyah I bin Abu Sufyan,
41-61 H / 661-680 M
2.
Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H /
680-683 M
3.
Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H
/ 683-684 M
4.
Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H
/ 684-685 M
5.
Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H
/ 685-705 M
6.
Al-Walid I bin Abdul-Malik,
86-97 H / 705-715 M
7.
Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99
H / 715-717 M
8.
Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102
H / 717-720 M
9.
Yazid II bin Abdul-Malik,
102-106 H / 720-724 M
10.
Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126
H / 724-743 M
11.
Al-Walid II bin Yazid II,
126-127 H / 743-744 M
12.
Yazid III bin al-Walid, 127 H /
744 M
13.
Ibrahim bin al-Walid, 127 H /
744 M
14.
Marwan II bin Muhammad, 127-133 H /
744-750 M
C. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Bani
Umayah
Terbentuknya Dinasti Umayyah
merupakan gambaran awal bahwa umat Islam ketika itu telah kembali mendapatkan
identitasnya sebagai negara yang berdaulat, juga merupakan fase ketiga
kekuasaan Islam yang berlangsung selama lebih kurang satu abad (661 - 750 M).
Perubahan yang dilakukan, tidak hanya sistem kekuasaan Islam dari masa
sebelumnya (masa Nabi dan Khulafaurrasyidin) tapi juga perubahan-perubahan lain
di bidang sosial politik, keagamaan, intelektual dan peradaban.
D. Kedudukan Amir al-Mu’minin
Pada masa ini Amir al-Mu’minin
hanya bertugas sebagai khalifah dalam bidang temporal sedangkan urusan
keagamaan di urus oleh para ulama. Berbeda dengan Khulafa al-Rasydun yang
menguasai keduanya. Dan pada masa ini khalifah diangkat secara turun temurun
dari keluarga Umayah.
E. Sistem Fiskal
Sumber uang masuk pada Dinasti
Bani Umayah, pada umumnya seperti di zaman permulaan Islam. Walaupun demikian
ada beberapa tambahan seperti al-Dharaaib yaitu kewajiban yang harus dibayar
oleh warga negara dan terdapat pajak-pajak istimewa. Adapun saluran uang
keluarnya sama seperti permulaan Islam, seperti gaji para pegawai dan tentara,
serta biaya tata usaha negara, pembangunan pertanian termasuk irigasi dan
penggalian terusan-terusan, ongkos bagi orang-orang hukuman dan tawanan perang,
perlengkapan perang, serta hadiah-hadiah kepada para pujangga dan para Ulama.
Pada masa Umayah di cetak mata
uang muslimin secara teratur dan pembayaran dengan mata uang ini, walaupun pada
masa Umar bin Khattab sudah dicetak mata uang kaum muslimin namun belum begitu
teratur seperti pada khalifah Abdul Malik bin Marwan.
F. Interregnum (Masa Peralihan Pemerintahan) Umar bin
Abdul Aziz
Interregnum ini terjadi pada
masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang mana pada peerintahan yang dulunya
kejam, menekan rakyat dan sebagainya, menjadi kepada masa yang damai, lemah,
lembut dan makmur. Dengan kebijaksanaannya ini banyak orang yang masuk Islam.
Dan mengadakan dialog dengan orang syi’ah dan khawarij sehingga mereka puas dan
tidak mengganggu lagi. Namun kedamaian dan kemakmuran ini dimanfaatkan oleh
Bani Hasyim untuk membentuk gerakan bawah tanah. Gerakan ini terdiri dari
orang-orang Syi’ah dan keluarga Abbas. Gerakan inilah yang berhasil
menumbangkan bani Umayah nantinya
G. Sistem Peradilan
Kehakiman pada masa ini
mempunyai dua ciri khas, yaitu pertama, qadhi memutuskan perkara dengan
ijtihadnya berdasarkan Nas. Kedua, kehakiman belum terpengaruh dengan
politik.
H. Pembangunan Peradaban, Intelektual, bahasa dan
sastera Arab
Masa Bani Umayah ini merupakan
peletak dasar pembangunan peradaban Islam yang nanti pada masa Bani Abbas
merupakan puncak dari peradaban Islam. Pada masa ini ilmu Naqliyah mulai
berkembang. Perkembangan yang aling menonjol adalah ilmu tafsir dan ilmu
hadits. Dan terjadi pengumpulan hadits pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
yang dikumpulkan oleh ‘Ashim al-Anshari. Muncul juga ilmu Nahwu (tata bahasa
Arab) sehingga Sibawaihi menyusun al-kitab untuk memperlajari tata bahasa arab.
Khalifah Mu’awiyah
memerinthkan karya-karya bangsa Yunani yang mengandung berbagai macam Ilmu.
Dengan demikian umat Islam pada masa ini mulai mengenal ilmu kedokteran, ilmu
Kalam, seni bangunan (architecture) dan sebagainya. Diantara peninggalan seni
bangunan yang terkenal sampai sekarang adalah Qubbah al-Sakhr (Dome of the
Rock) yang didirikan di Yerussalem pada 91 H pada masa pemerintahan
Khalifah Abdul Malik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Dinasti
umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf, Dinasti ini
sebenarnya mulai dirintis semenjak masa kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan
namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan mendapatkan pengakuan
kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah khalifah Ali terbunuh dan Hasan ibn Ali
yang diangkat oleh kaum muslimin di Irak menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah
setelah melakukan perundingan dan perjanjian. Bersatunya
ummat muslim dalam satu kepemimpinan pada masa itu disebut dengan tahun jama’ah
(‘Am al Jama’ah) tahun 41 H (661 M).
2.
Sistem pemerintahan Dinasti
Bani Umayyah diadopsi dari kerangka pemerintahan Bizantium, dimana ia menghapus
sistem tradisional yang cenderung pada kesukuan. Pemilihan khalifah dilakukan
dengan sistem turun temurun atau kerajaan, hal ini dimulai oleh Umayyah ketika
menunjuk anaknya Yazid untuk meneruskan pemerintahan yang dipimpinnya pada
tahun 679 M.
3.
Pada masa kekuasannya yang
hampir satu abad, dinasti ini mencapai banyak kemajuan. Dintaranya adalah:
kekuasaan territorial yang mencapai wilayah Afrika Utara, India, dan benua
Eropa, pemisahan kekuasaan, pembagian wilayah kedalam 10 provinsi, kemajuan
bidang administrasi pemerintahan dengan pembentukan dewan-dewan, organisasi
keuangan dan percetakan uang, kemajuan militer yang terdiri dari angkatan darat
dan angkatan laut, organisasi kehakiman, bidang sosial dan budaya, bidang seni
dan sastra, bidang seni rupa, bidang arsitektur, dan dalam bidang pendidikan.
4.
Kemunduran
dan kehancuran Dinasti Bani Umayyah disebabkan oleh banyak faktor, dinataranya
adalah: perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, konflik berkepanjagan
dengan golongan oposisi Syi’ah dan Khawarij, pertentangan etnis suku Arab Utara
dan suku Arab Selatan, ketidak cakapan para khalifah dalam memimpin
pemerintahan dan kecenderungan mereka yang hidup mewah, penggulingan oleh Bani
Abbas yang didukung penuh oleh Bani Hasyim, kaum Syi’ah, dan golongan Mawali.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi pemakalah dan seluruh pembaca. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan
dan kesempurnaan di masa mendatang.
REFERENSI
Ahmad
Mansur Suryanegara, Api Sejarah, (Bandung: Salamadani, 2012), cet ke-5
Ahmad
al-Usairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Sarana, 2003)
A. Hasymy, Sejarah Kebudayaan
Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1975)
A. Latif Osman, Ringkasan
Sejarah (Jakarta: Widjaya, 1951)
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994)
Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya, (Jakarta, UI Press,
1978), jilid 1
Hasan
Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj, Jahdan Ibn Human
(Yogyakarta; Kota Kembang. 1995)
Jousouf Souyb, Sejarah Umayyah (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977)
Maidir
Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press,
2002), jilid 1, Cet ke-2
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam
Klasik, (Jakarta, Prenada Media, 2010)
Philip.K.Hitti, Dunia Arab, terj.
Ushuluddin Hutagalung dan O.D.P Sihombing (Bandung Sumur Bandung.tt)
Siti Maryam (Ed), Sejarah Peradaban Islam Dari
Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: SPI Adab IAIN
Sunan Kalijaga, 2002)
W. Montgomary Watt, Pergolakan Pemikiran
politik Islam, (Jakarta: Bennabi Cipta, 1985)
MAKALAH
TENTANG BANI UMAYYAH
![]() |
Disusun oleh :
SEPTIAN ADI P
SMP NEGERI 1 BANJAR